Senin, Agustus 17, 2009

17-an Dari Tahun ke Tahun


Category: Celebration

Hari ini saya napak tilas tentang apa yang saya ingat dari acara 17-an sejak saya masih kecil sampai sekarang. Saya hanya menulis yang enteng2 saja, karena satu jam lagi saya akan berangkat untuk acara reunian teman2 SMA, hingga tak sempat menulis tentang renungan yang serius, hehehe...


17-an Di Masa Kecil, Di Kampung Halaman

  • Upacara bendera di sekolahan. Pake seragam lengkap dengan topi, dasi, sepatu item, kaos kaki putih, kalau tak mau disetrap.
  • Lagu Indonesia Raya, yang sesudah lulus SMA jadi jarang dinyanyiin karena enggak pernah ikut upacara lagi.

  • Gapura2 di depan kampung jadi meriah, merah putih cemerlang dengan cat baru, menggantikan cat lama yang sudah rada kusam dari tahun lalu.

  • Pelbagai macam lomba yang diadakan di sekolah, mulai dari tarik tambang, lomba lari, lomba masak, balap karung, sampai lomba favorit saya: balap bakiak. Favorit saya sebagai penonton maksudnya, bukan sebagai pemain. Lucu sekali menonton 6 pemain memakai satu bakiak raksasa dan harus bergerak serentak, seirama, kalau tidak mau jadi berantakan dan jatuh tumpang tindih. Permainan ini, biarpun kesannya lucu, sebenarnya membutuhkan teamwork dan kekompakan yang tinggi. Tidak ada yang boleh egois atau semau gue, ambil langkah suka2, karena kalau satu jatuh, semuanya ikut gedubrakan. Masih terngiang di telinga saya sorakan pemain yang penuh semangat: "Satu... dua! Satu... dua! Rawe-rawe rantas... malang2 putung!"

  • Nasi opor ayam. Entah kenapa, setiap tanggal 17-an, Mama saya selalu menghidangkan menu nasi opor ayam lengkap dengan telur dan suwiran daging sebagai hidangan utama untuk seluruh keluarga. Katanya biar makin terasa Indonesianya. Sampai agak besar, saya masih mengira bahwa menu nasi opor ayam identik dengan hari kemerdekaan.

17-an Di Negeri Orang

  • Ikut acara 17-an di KBRI terdekat bersama sesama teman2 dari Indo. Biasanya acara bazaar makanan2 khas Indonesia. Ini merupakan acara yang di tunggu2 setiap tahun karena anak2 Indo di Amrik jarang bisa makan masakan Indonesia sekomplet saat acara 17-an. Tak heran kita semua langsung kalap! Empek2, kerupuk udang, nasi liwet, rendang, tahu-tempe, sate, semua disikat. Maklum, makanan yang di Indonesia sangat biasa seperti tempe, di Amerika bagi kami saat itu merupakan kemewahan karena di supermarket dijual di rak "exotic food" dan harganya bisa mencapai 3 dollar 50 cent untuk sepotong kecil saja! O iya, karena banyak juga teman bule yang kita ajak datang ke bazaar, semua menu ditulis dalam 2 bahasa: Inggris dan Indonesia. Lucunya, minuman soft drink diterjemahkan menjadi minuman lembut, hehehe...

  • Kesempatan pamer makanan dan budaya Indonesia pada teman2 dari negara2 lain. Bukan hanya teman2 bule Amerika, tetapi juga international students yang lain. Kami biasanya mengadakan acara makan2 kecil2an untuk teman2 kami di apartemen dengan menghidangkan makanan Indonesia. Menu wajib yang merupakan favorit para tamu biasanya adalah sate ayam dengan lontong. Teman2 kami dengan logat bahas Inggris yang berasal dari 5 benua itu bergantian memuji kelezatan makanan Indonesia sekalian menanyakan resep bumbu kacang dan sambal yang sengaja dibikin tidak terlalu pedas.

  • Dalam skala yang lebih besar kami juga bergabung di kota besar terdekat untuk mengadakan Indonesian Lunch di gereja setempat. Lagi2 kesempatan untuk memperkenalkan budaya Indonesia kepada teman2 kami di negeri Paman Sam. Anak2 menyumbang makanan, tenaga, uang maupun acara sesuai dengan kemampuannya. Ada yang mempersembahkan tari2an daerah, menyanyikan lagu Bengawan Solo dengan iringan keyboard, membantu panitia dekorasi dengan meminjamkan boneka wayang, taplak batik, dan hiasan2 bernuansa Indonesia koleksinya untuk menghias meja dan ruangan.

  • Yang paling menyenangkan dari merayakan 17-an di negeri orang adalah, karena sama2 jauh dari negeri dan keluarga, dan merasa sama2 orang Indonesia yang sedang merantau di negeri orang, kami sangat kompak. Tidak ada yang mempermasalahkan suku, agama, ras, golongan ekonomi, dll, dll. Semuanya sama2 orang Indonesia. Semuanya ingin menunjukkan sisi terbaik negeri kita kepada orang2 dari negara tempat kami tinggal saat itu.

17-an Sekarang

  • Pastinya tanggal merah sehingga bisa jalan bareng teman2, hehehe...

  • Rame2 memasang gambar bendera Merah Putih di Facebook.

  • Pagi2 saya senyum2 sendiri melihat theme merah-putih di Google. Dalam hati saya berdoa semoga Indonesia semakin diperhitungkan di kancah peta dunia, bukan hanya terkenal sebagai negeri tukang korupsi doang.

  • Doa pagi, mendoakan negeri saya ini, beserta semua rakyatnya, dan para pemimpinnya. Semoga hati nurani kita semua semakin kuat, semakin keras teriaknya, sehingga kita tak bisa lagi berlagak tidak mendengarnya. Tuhan selalu membimbing kita, tapi masalah mau mendengarkan atau mbalelo sekarep udel adalah pilihan kita. Ini juga berlaku buat para teroris yang hobi mencuci otak orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri. Semoga makin banyak orang yang nyadar sehingga tidak mempan lagi dibohongi mereka2 ini.

Merdeka!

***

Minggu, Agustus 09, 2009

Balada Korban PHK

Category: Daily Life

Gambar ini saya comot dari www.stickgal.blogspot.com, lalu saya edit sedikit supaya sesuai dengan keadaan saya 6 bulan yang lalu.

Hari Jumat, 14 Februari 2009 merupakan The Valentine's Day Massacre di (eks) perusahaan tempat saya gawe. Lebih dari 50 pegawai di-PHK. Karena saya sudah kerja di sana cukup lama, pesangon yang saya terima lumayan. Kalau saya ngirit dan tidak mengeluarkan uang untuk yang aneh2, cukup buat saya bertahan hidup selama setahun. Lagian berapa banyak sih duit yang diperlukan seorang cewe single yang tinggal sendiri? Paling buat bayar kos, makan, dan hura2 dikit. Hal2 lain yang menyenangkan tapi tidak krusial seperti shopping dan konco2nya untuk sementara bisa ditunda dulu karena tanpa itu pun saya masih bisa hidup.

Saat ini saya sudah bisa menarik napas sedikit lega karena krisis ekonomi tampaknya sudah mulai berlalu. Sejak sebulan ini saya sudah mulai banyak dipanggil interview. Biarpun belum ada hasilnya, saya optimis bahwa dalam 1-2 bulan mendatang saya sudah bisa gawe lagi. (Amin!) Minggu lalu saja saya interview 4 kali, dan untuk minggu depan sudah ada 3 panggilan interview. Batin otak dan hati saya yang sudah mulai ngarep dot com dan ngayal dot com, masa dari sekian banyak interview gak ada satu pun yang gol! Pasti ada satuuuuu aja yang cocok buat saya.

Sebenarnya pada bulan Juni kemaren saya dapat 1 offer, tapi setelah me nimbang2, akhirnya saya tolak. Bukannya jual mahal, mana mungkin orang dengan status pengangguran kayak saya bisa sok jual mahal segala, tapi company yang kasih offer letaknya nun jauh di luar Jakarta sono. Gajinya juga jauh kurang dari yang saya terima dulu. Lebih baik saya bersabar dan mencari yang lebih baik. Toh pesangon saya masih cukup untuk bertahan sampai akhir tahun. Kalau sampai bulan Desember masih belum ada titik cerah, nah, baru deh, saya banting harga. Kerja apa pun yang halal boleh deh, asal cukup buat hidup tanpa saya kudu P3K: Pelan-Pelan Porotin Keluarga, hehehe... *amit-amit-amit!!!*

Hmmmm... kalau dipikir-pikir, jadi korban PHK memang kelihatannya ngenes, tetapi dalam kasus saya juga banyak enaknya, lho! Nanti deh kapan2 saya tulis apa enaknya dan apa tidak enaknya. Sekarang saya mau googling dulu, riset kecil2an sebagai persiapan interview besok pagi. Seperti wejangan salah satu guru SMA saya dulu: "Berjoe-ang nak! Berjoe-ang!"

Wish me luck yah!

***

Rabu, Juli 29, 2009

Lihat2 Lukisan Yuk...

Category: Feeling & Thoughts

Saya ini pecinta lukisan. Terutama lukisan beraliran naturalisme. Jangan salah, bukan berarti saya mengerti banyak tentang lukisan, ahli lukisan, penilai lukisan, apalagi kolektor lukisan! Sebagai anak kos, enggak mungkin lah di kamar secuil saya nekad koleksi lukisan. (Duit buat beli lukisannya juga tak ada, hehehe) Saya hanya senang melihat dan menikmati lukisan dengan mata seorang manusia awam yang mengagumi dan menghargai keindahan.

Di Indo, museum lukisan favorit saya adalah Museum Neka, di Bali. Tapi kali ini saya ingin menulis tentang lukisan favorit saya di National Gallery of Art, Washington DC, Amerika Serikat, yang berjudul The Voyage of Life. Kebetulan waktu saya mengaduk-aduk file lama di komputer, saya menemukan foto2 yang saya buat waktu berkunjung ke sana beberapa tahun yang lalu. Sayangnya waktu itu saya lupa mencatat nama pelukisnya. :( Mungkin karena terlalu kesengsem lihat sekian banyak lukisan bagus plus kalap jeprat jepret ke sana ke mari.

The Voyage of Life terdiri dari 4 bagian:

1. BEGINNING (PADA AWALNYA)

Pelukis menggambarkan suasana cerah pagi hari saat fajar menyingsing. Seorang bayi mungil duduk dalam perahu yang melaju perlahan meninggalkan gua (yang mungkin melambangkan rahim ibunda) dengan disertai seorang malaikat. Sungai kehidupan digambarkan kecil dan tenang, dengan air yang bening jernih bak cermin. Sang malaikat mengulurkan tangan seolah-olah memberi berkat dan juga menunjukkan jalan. Di foto mungkin kurang kelihatan, tapi di lukisan aslinya diperlihatkan si bayi tampak ceria dan melihat dunia yang baru dimasukinya dengan riang. Semua terasa indah dan menarik baginya.

Ketika kita masih kanak-kanak, panca indera kita masih teramat aktif. Kita melihat dunia ini dengan penuh rasa kagum dan ingin tahu. Kita terpesona oleh warna cerah sebuah mainan baru, pemandangan yang berwarni-warni seperti sirkus atau dufan. Kita berlari-lari di antara angin semilir dan pakaian yang dijemur melambai-lambai di terang matahari, berhenti sejenak untuk mencium bau wangi dari seprei dan taplak bersih yang baru dicuci. Suara denting lonceng penjual es keliling membuat hati kita terlonjak dengan penuh suka cita. Indera kita dipenuhi oleh detil-detil yang menyenangkan, ritual-ritual kecil tapi berarti, benda-benda beraneka warna. Dunia serasa penuh dengan keajaiban yang menakjubkan dan permainan yang menarik.

When we were children, we noticed everything.




2. YOUTH (MASA MUDA)

Bagian kedua menggambarkan bayi tadi sudah tumbuh menjadi seorang pemuda. Ia tidak lagi mau duduk tenang, melainkan setengah berdiri sambil menunjuk ke depan, menunjukkan ketidaksabaran dan keinginan untuk "cepat sampai". Di angkasa si pemuda melihat fatamorgana, sebuah istana yang megah di atas awan. Itulah yang disebut dengan mengejar impian kosong, alias building castle in the air. Perhatikan bagaimana sungai kehidupan digambarkan sudah mulai melebar dan tidak lagi sebening kaca. Bayangan yang tampak di permukaan mulai terdistorsi, tidak persis lagi seperti aslinya. Dan lihat, sang malaikat pelindung tidak ada lagi di dalam perahu, melainkan di luar, di tepian. Gerakannya seolah-olah mencoba memberikan perlindungan dan petunjuk, namun si pemuda yang sudah demikian buta dengan ambisi menggapai "istana di awan" tidak mau mendengarkan.

Saat mulai beranjak dewasa, indera kita mulai tumpul. Kita tidak lagi memperhatikan segala sesuatu. Semua sudah dianggap biasa. Seen it, been there, done that. Kita senantiasa tergesa-gesa, terburu-buru menyelesaikan tugas-tugas kita, untuk kemudian lekas-lekas beralih melakukan hal lain. Sibuk, sibuk, sibuk. Usia muda dan vitalitas seringkali membuat kita sombong dan terlena, seakan-akan kita bakal hidup abadi, kita ingin meraih segalanya.

Keserakahan dan ambisi membuat jiwa dan badan lelah. Ditambah lagi kita bosan karena menganggap dunia dan hidup seperti apa adanya sudah tidak begitu menarik lagi. Karena itulah kita menciptakan big-bang entertainment untuk membuat adrenalin mengalir, bahkan untuk memanipulasi pikiran kita kepada kenikmatan semu. Makin mahal dan makin heboh, justru lebih baik. Karena itulah bisnis marketing, entertainment, dan luxury goods bisa bertumbuh menjadi raksasa milyaran dollar. TV, iklan, internet, Hollywood, mal. Mereka senantiasa bersaing satu dengan yang lain untuk menangkap dan mencengkeram perhatian kita, indera kita yang sudah tumpul karena terus menerus dibombardir dengan pesan-pesan duniawi dan pelbagai aktivitas, 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 365 hari setahun.

Lah, apa salahnya bersenang-senang? Gak ada. Saya juga senang bersenang-senang. Dan segala macam hiburan yang saya sebut di atas bisa menjadi sumber kreatifitas dan penghidupan banyak orang. Tapi kadang saya lupa, segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.
Dan, o iya, kapan ya terakhir kali saya beneran melihat matahari terbenam yang asli, yang ciptaan Tuhan, bukan foto2 matahari terbenam di internet yang sudah direkayasa? :( Saya terpesona lihat interior cantik di Grand Indo, sedangkan bulan sabit yang tak ada satu manusia pun bisa menciptakan, sudah gak saya perhatikan lagi.

3. REALITY (KENYATAAN HIDUP)

Di bagian ini digambarkan pemuda tadi sudah menjadi laki-laki dewasa, full-fledged adult. Dan saat itulah kenyataan dan badai kehidupan yang sebenarnya mulai datang menerpa. Langit yang tidak lagi biru ceria. Matahari yang tidak selalu bersinar cerah. Sungai yang tadinya adem ayem berubah menjadi lebar dan ganas, seakan-akan ingin menggulingkan perahu atau memporakporandakannya pada batu-batu tajam. Dan sang malaikat? Di manakah dia? Ah, dia tak nampak lagi. Mungkin karena di masa muda sang malaikat dicuekin melulu sehingga akhirnya dia ngambeg dan pergi? Atau... mungkinkah sebenarnya malaikat tetap berada di sisi manusia, membimbing dan melindungi seperti yang diperintahkan oleh Tuhan, namun manusia sendiri yang kelewat bebal sehingga tidak melihatnya?
Pada bagian ini pelukis menggambarkan sang manusia tidak lagi berdiri sombong atau tergesa-gesa, melainkan berlutut dan berdoa. Ia mulai mengerti bahwa kekuatannya sendiri tidak ada artinya. Ia berada dalam, dan membutuhkan suatu kuasa yang jauh lebih besar daripadanya. Sesuatu yang terlalu agung dan menakjubkan untuk bisa dia pahami, tetapi hanya bisa dia percaya. Ia mulai sadar bahwa biarpun ia harus terus berusaha mengendalikan perahu kehidupannya, ia juga harus belajar untuk berserah diri kepada Yang Di Atas.

Saya pernah membaca: "Be careful what you ask for, you might as well get it." Hati-hati dengan apa yang kamu minta, karena kemungkinan kamu akan benar-benar mendapatkannya. Berarti kalau saya memohon iman, kemungkinan saya akan menerima kegelapan; dan kalau saya memohon harapan, saya akan mengalami keputusasaan. Lho, koq? Ya, karena berdasarkan pengalaman saya, iman tumbuh dalam kegelapan dan harapan tumbuh dalam keputusasaan. Nah lo!


4. THE END (AKHIR CERITA)

Eeee... sang malaikat nongol lagi! Halo, malaikat. Dan gambar apa ini? Lihatlah... Si manusia sudah menjadi orang tua. Dan posisinya sama seperti waktu bayi, duduk di perahu. Sungai kehidupan tadi sudah berubah menjadi samudra luas. Hari sudah petang dan langitpun sudah gelap. Matahari tak tampak lagi. Pelukis dengan sangat indahnya menggambarkan cahaya mulia yang bersinar terang menembus kegelapan malam, menyinari perahu dan si orang tua, seakan-akan menjemput, memberi penerangan jalan, sekaligus mengucapkan selamat datang. Dan sang malaikat ternyata tak pernah pergi ke mana-mana. Di saat terakhir pun, sama seperti pada awal kehidupan, ia tetap mendampingi manusia, memberikan perlindungan, menunjukkan jalan. Tangannya menunjuk kepada terang, seakan-akan berkata: "Lihatlah! Engkau telah dijemput. Pekerjaanmu sudah selesai. Liburan panjang telah tiba. Di sana telah tersedia tempat bagimu. Jangan takut! Ini bukanlah benar-benar akhir. Ini hanya awal sesuatu yang baru, yang jauh lebih baik."

Ngnggng... saya tidak bisa berkomentar apa2 tentang lukisan yang satu ini, karena saya belum pernah menjadi tua, hehehe. Tetapi saya sangat berharap bahwa apabila tiba saatnya nanti saya dipanggil kembali untuk lapor kepada Sang Pencipta, Dia akan berkata: "Well done, good and faithful servant."
Isaiah 55:12-13

12 "Yes, in joy you shall depart'
in peace you shall be brough back;

Mountains dan hills shall break out in song before you,
and all the trees of the countryside shall clap their hands.

13 In place of the thornbush, the cypress shall grow,
instead of nettles, the myrtle.

This shall be to the LORD's renown,
an everlasting imperishable sign."

***
Ini adalah foto2 lain yang saya buat di Washington DC. Waktu itu bulan April, musim cherry blossom atau saat pohon-pohon ceri mulai berbunga. Kabar2nya pohon-pohon ceri tersebut merupakan hadiah dari pemerintah Jepang kepada pemerintah Amerika Serikat sebelum pecah Perang Dunia II.
Ini foto anak2 high school yang lagi "ngamen" di taman. Tidak, mereka tidak mencari uang, melainkan mencari penonton untuk pertunjukan acapella mereka. Kelihatannya mereka anak2 SMA swasta, karena anak2 SMA negeri di Amrik tidak pake seragam.


Pink cherry blossom di National Park. Walaupun saya belum pernah melihat yang di Jepang, saya sangat bersyukur bisa melihat yang di DC. Cherry Blossom Festival merupakan tradisi rakyat bagi penghuni ibu kota Amerika, apalagi peristiwa pohon ceri berbunga ini hanya kejadian sekali dalam setahun dan waktunya singkat, hanya 1-2 minggu. Selewat itu bunga2nya mulai rontok.

Di bawah ini foto pink cherry blossom dilihat dari jauh, rimbun mengitari National Monument, Monas-nya Amerika.

Pasti tau donk, ini apaan... Yap, The White House alias Gedung Putih, istana kepresidenan Amerika Serikat. Gak, saya gak masuk ke dalamnya, cuma mengambil foto dari sela-sela pagar luarnya saja. Btw, saya kepingin sekali ikut tur keliling Istana Negara di Jakarta, secara katanya sekarang Istana Negara sudah dibuka untuk umum setiap hari Sabtu dan Minggu. Kapan ke sana ya enaknya?

Yang terakhir ini adalah Washington DC National Cathedral. Saya cukup beruntung sempat ikut misa Minggu Palem di bangunan gereja gaya Gothic yang segede bagong ini. Bangunannya rada mirip Gereja Katedral Jakarta ya? Cuma bedanya museum di National Cathedral ini juga rame dikunjungi orang dan turis, sedangkan museum Katedral Jakarta sepi. :(



***

Sabtu, Juli 25, 2009

A Girl's Dozen Simple Pleasures

Category: Daily Life

Because LIFE, my friend, is simply full with pleasures waiting on every corner...



1. Waking up to the alarm clock on a cold, grey morning, then realize it’s a holiday and you can go back to sleep. Yayy!!!

2. Eating up a whole box of chocolate all by yourself without feeling guilty. *yum...*



3. A G-RRR-E-A-T kiss with a man you like.



4. Wearing pretty silk lingerie under ordinary clothes for no particular reason, just because it looks good and feels good. Being feminine is simply delightful!


5. Snuggling under a soft, thick, fluffy, comfy bedcover on a freshly-laundered 365-thread cotton sheets.

6. Watching a spectacular sunset from your office window.

7. A beautiful late afternoon rainbow after a day of pouring rain.


8. Hanging out at Starbucks on a Friday night with your close girl friends.



9. The smell of hot, crusty, newly-baked loaves when walking into a bread store.
10. Sauntering a big, cheerful toy store with a funny friend.

11. Buying your very own first house (The paying though, is not very pleasurable).

12. Savoring the moment when the lights go dark and the show is about to begin. Any kind of shows: Broadway in New York, ballet at TIM, opera at Gedung Kesenian Jakarta, Sendratari Ramayana at Prambanan...
Akhir kata:
***
PS: Tulisan ini saya buat beberapa bulan yang lalu. Tadinya mau saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, tapi koq jadi kurang pas. Akhirnya saya biarkan seperti aslinya. I hope you enjoy it! :)
***

Senin, Juli 20, 2009

Bersih-bersiiih...


Category: Daily Life

Hari Senin dan tanggal merah pulak. Di luar matahari bersinar cerah. Langit pun kelihatan biru ceria. Horeeeee!!! Sesudah ngolet2 bentar, saya segera bangun, lantas bikin sarapan indomie goreng plus telor ceplok ditambah secangkir susu coklat. Beberapa potong biskuit dan sebutir jeruk sebagai penutup. Nyam nyam nyam...



Abis sarapan enaknya ngapain yah? Ah, Jumat, Sabtu dan Minggu kemarin sudah keluyuran ke mana2, hari ini "ngerem" aja di kos. Bersih-bersiiiiih... Seprei garis2 pink dicopot, ganti dengan seprei putih bunga-bunga biru. Nyapu sambil nyanyi-nyanyi...


Ah, cucian selesaiii... Terima kasih Tuhan, matahari yang bersinar cerah membuat cucianku cepat kering... Mmmm, wangi lagi!


Perasaan dulu saya datang ke Jakarta cuma bawa 2 koper saja. Kenapa sekarang barang2 saya jadi beranak pinak begini ya? Sortiiiir... Mana yang mau dibuang, mana yang mau dibagi-bagiin ke pembantu kos, mana yang masih mau disimpen... Lho, saya kok sudah lupa punya blus lavender kembang-kembang ini... Op op op... sambil ngebuang sampah tak lupa joget-joget diiringi mp3... Asiiiiik...


Maunya sih saya keliatan seimut Snow White sewaktu membersihkan pondok ke-7 kurcaci... *boleh donk ngayal dikit, ini kan blog saya wue...*



Saya jadi kebayang gambar2 vintage tempo doeloe, mother and daughter doing household chores together, hehehe... Di bawah ini salah satunya. Manis ya? Di Jakarta udah gak ada kali, secara orang2 pada punya pembantu... Kalau dulu di buku pelajaran Bahasa Indonesia ditulis begini: Ayah berangkat ke kantor. Ibu memasak di dapur. Saya membantu Ibu. Kalau sekarang jadi begini: Ayah berangkat main golf. Ibu berangkat arisan ke mal. Saya gaul sama teman2. Mbak Inem memasak di dapur. :(

Tralalaaaa... Kamarku sudah bersih dan rapi, cucianku pun sudah kering dan wangi. Saatnya makan siang dengan ayam goreng, timun dan nasi Padang yang dibeli dari warung (yang untungnya buka). Lalu santai2 di kasur sambil baca buku. Ah, the art of doing nothing... Hari ini memang Senin yang santai, tapi produktif... Dengan segala sophistication-nya, hidup ini sebenarnya terbuat dari bahan yang amat sederhana. It takes so little to make a lovely day. :)

***

Sabtu, Juli 18, 2009

Indonesia Menangis... Dan Saya Pun Berdoa Buat Para Teroris...

Category: Feelings & Thoughts

Tulisan ini didedikasikan kepada semua korban bom Marriott dan Ritz Carlton Jumat pagi kemarin, beserta keluarganya. Dan kepada bangsaku Indonesia yang tengah berduka.


Pagi-pagi dibangunkan oleh suara berisik dan sirene yang meraung-raung. Ternyata ada bom meledak di Mega Kuningan... lagi...



Ah, kasian bangsaku. Bertahun-tahun bangsa ini berjuang untuk memulihkan perekonomian dan citranya di mata dunia. Dan sekarang, saat tim sepak bola sebesar Manchester United merasa aman untuk datang ke negeri ini, tiba-tiba saja...



Gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga...



Membaca berita di internet, tokoh A mengutuk pelaku pengeboman... juga tokoh B... selebriti C mengutuk... tokoh internasional D mengutuk... Di Facebook, si Polan mengutuk... si Dodot mengutuk... Si Inem mengutuk... Mulai mengutuk mampus sampai supaya si pelaku masuk neraka, sampai supaya tujuh turunan cacar air dan gatel2. *lho?* Orang-orang yang terjebak delay dan macet di bandara mencaci-maki si teroris kampret karena bikin susah semua orang...

Dalam hati saya juga ingin mengutuk. Ingin mencaci maki. Tapi apa gunanya? Saya membaca sebuah komen di fesbuk yang cukup menohok, yang akan saya kutip di sini: "Pelaku bom bunuh diri = orang goblok yang berani mati lagi dimanfaatin sama orang jahat yang pinter dan takut mati."

Hmmmm... benar juga. Yang jahat adalah otaknya. Dianya sendiri takut mati sehingga membujuk orang lain untuk carry out the dirty work. Pelakunya sendiri? Yah, dia cuma orang goblok yang mudah dipengaruhi, dicuci otak dengan doktrin sesat. Tak ada gunanya mengutuk. Kebencian hanya menimbulkan lebih banyak lagi kebencian.
Saya berdoa. Saya berdoa untuk negeri ini. Negeri yang sering saya sebelin karena kebodohan, kekeraskepalaan, dan kemunafikannya, tapi toh tetap saya cintai.

Saya berdoa memohon ampun untuk semua dosa-dosa kami.
Saya berdoa untuk kasih, bukan kebencian.
Kejujuran, bukan politik.
Moral dan agama yang benar, bukan fanatisme berlebihan yang membabi-buta.
Persatuan, bukan perpecahan.

Dan saya berdoa untuk semua teroris dan calon teroris yang mungkin sedang dicuci otak, sedang ingin bergabung dengan paham yang aneh2, yang tertarik dengan ajaran2 yang keblinger, yang dipenuhi kebencian sehingga dalam keegoisannya juga ingin agar orang2 lain ikut menderita, supaya kalau memang manusia sudah tak bisa lagi menyentuh hati mereka, maka biarlah Tuhan yang menyentuh dan menyadarkan mereka dari kebutaan dan ketololan yang luar biasa keras kepalanya itu.

Dan saya semakin bertekad untuk tidak menjadi tukang ngambeg. (Baca tulisan saya tentang bahayanya jadi tukang ngambeg di sini) Karena teroris, sebenarnya adalah tukang ngambeg nomor wahid. Mereka ngambeg karena tidak mendapatkan apa yang mereka mau, apa pun itu. Mereka adalah orang2 yang tidak bahagia, sehingga ingin membuat orang2 lain tidak bahagia pula. If I cannot be happy, then no one is supposed to be happy! Everybody should be miserable, too, just like me!

Dan saya tidak mau jadi seperti itu.

Bangkitlah Indonesia! Meskipun segelintir pengecut egois goblok berusaha menjatuhkan dirimu, masih lebih banyak yang mencintaimu. Masih ada kebaikan di dunia ini. And it's worth fighting for.

Teman-teman sebangsa dan setanah air, apa pendapat Anda tentang peristiwa pengeboman ini? Apakah ada yang punya komentar dari orang asing tentang situasi di Indonesia?

***

Selasa, Juli 14, 2009

Melody Of The Wind


Category: Poetry Corner

I look up at the large clouds floating along the sapphire blue sky
Sighing, I lie down on the vast lawn of fragrant emerald green grass

Taking in all the lives revolving on this planet Earth
As the wind blow whispering its everlasting melody around this place where I am at

The pure gleaming white clouds above shift their shapes little by little
And suddenly I realize...

As if life is revealing itself right in front of my very eyes

Just like those clouds, we unknowingly become like this in the wake of time
Each of us taking our own shapes amidst the blowing winds of destiny

Smilingly, I’m grateful to know
It’s alright for me to cry sadly and happily for no reason at all, alone on this lonely hill
Just like the old-time luxury of crying sadly and happily for no reason, alone atop the roof

The wind’s song will gently wipe my tears and carry them away
To the very end of the sky


...To the very end of the sky…

***


Memorial Park, The City of XXX, USA
July 4, 200X

Kamis, Juli 09, 2009

Back to Real Life... *sigh*


Category: Daily life

Setelah liburan tiga hari yang menyenangkan, saya (kudu) balik ke Jakarta. Back to real life...

Begitu masuk kos2an, koq rasanya kamar ini jadi sempit banget yah?
Terus selama di luar kota semua gejala pilek-sakit tenggorokan-migren saya lenyap tanpa bekas. Baru nginjek Jakarta kurang dari 2 jam, koq udah bersin2 lagi?
Yah, paling enggak besok hari Jumat. Masih bisa dianggap libur.
Besok hari Senin saja saya mulai gawe lagi.

Jungkir balik cari kerja lageeee...
Makan warteg dan gorengan lageeee...
Macet lagheee...
Menghirup udara debu lagheee...
Keringetan desek2an di busway lageeee...
Lagu pengantar tidur bukan lagi suara jangkrik melainkan deruman ojek motor...
Bangun pagi enggak lagi ngeliat hamparan sawah menghijau atau gunung yang membiru, tetapi asap jelek dan gedung2 pencakar langit...
Heh... Siapa suruh datang Jakarta?

Jakartaaaaaa.... Jakarta.... I hate you then I love you then I love you then I hate you, then I love you again... If I can make it there, I'll make it anywhere... It's up to you... Jakarta... Jakarta...

***

Selasa, Juli 07, 2009

Borobudur: Tempat Sampah Umum? !@#$%&!!!

Saya pernah mendengar kalimat ini: "Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai pemimpinnya." Kali ini saya ingin menambahkan satu kalimat lagi: "Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai dan memelihara kekayaan yang telah diberikan oleh Tuhan kepadanya."



Category: Feelings & Thoughts

Saya cabut ke Jogja. Tiga hari saja. Sendiri. Saya bosan dan stress di Jakarta, berkutat mencari kerjaan baru yang tiada kunjung datang, plus bengek menghirup udara debu saban hari. Waktunya untuk take a break. Saya kan gak mau jadi sinting karena tiap hari melototin situs pencari kerja.

Walaupun tanpa rencana matang, ternyata liburan kali ini sangat "efisien dan efektif". Saya menyewa mobil di tempat travel langganan (eks) kantor saya. Pemiliknya, yang mungkin kasian sama saya setelah tau status saya yang pengangguran, memberikan potongan harga yang lumayan. Saya nginap di hostel atau guesthouse yang murah meriah. Pokoknya yang di bawah Rp 200 ribu per malam lah. Yang penting bersih dan saya gak terlantar atau kudu tidur di alun2 saat malam tiba. Toh sepanjang hari dari pagi sampai malam saya keluyuran di luar.

Beda dengan biasanya, liburan kali ini saya harus melakukan banyak "akrobat" supaya keuangan saya gak jebol. Saya makan di warung2 pinggir jalan, mengunjungi galeri2 seni gratisan dan candi2 yang tiket masuknya (untungnya) tak sampai 5000 perak. Maklum, lagi gak punya penghasilan. Tapi tak apa. Toh saya memang suka kesenian dan sejarah. Hanya saja dengan perasaan ngenes saya berkeras tidak mengunjungi sentra2 kerajinan seperti Kasongan dan Kotagede. Situasi yang sedang prihatin membuat saya bertekad untuk tidak membeli apa2 yang tidak perlu. Untuk apa mendekati godaan? Saya sadar, kalau saya pergi, tangan saya perlu digerendel pake gembok supaya gak nekad belanja ini itu. Duh, untuk kesekian kalinya saya mengucap permohonan kepada Tuhan supaya segera mendapat kerjaan baru, supaya pemasukan uang bisa lancar kembali..

Satu2nya treat yang saya ijinkan buat diri sendiri pada perjalanan kali ini adalah ikut paket Borobudur Sunrise di Hotel Manohara. (Gak, gak ada hubungan dengan Manohara yang itu) Ongkosnya Rp 150 ribu. Hotelnya Rp 575 ribu. Dari hotel ke candi cukup jalan kaki. Tak sampai 5 menit pun sampai. Saya sempat maju mundur kayak undur2 mengingat biaya yang tak bisa dibilang murah. Saya merasa bersalah. Wong lagi pengangguran kok malah hura-hura! Tapi akhirnya saya nekad. Toh saya tak belanja apa2 pada liburan kali ini, kata saya mem bujuk2 diri sendiri sebagai justifikasi atas kemewahan di saat "krisis" yang saya lakukan.

Ternyata saya tidak menyesal. Di Jakarta, boro2 menonton matahari terbit. Biasanya saat sang surya mulai "piket" keliling bumi saya masih enak2 molor di ranjang. Lagian susah melihat sunrise kalau di mana2 tertutup gedung2 pencakar langit dan asap knalpot. Kali ini saya bukan hanya sudah terbangun sejak jam 4 pagi untuk mendaki 10 tingkat Borobudur saat hari masih gelap, tetapi juga mendapatkan luxury menonton sunrise dari puncak Candi Borobudur. Mantabs!

The sunrise, needless to say, was spectacular. Namun saya sangat kecewa waktu terang tanah dan saya bisa melihat jelas keadaan di sekeliling saya.

Candi Borobudur yang cantik, majestic, peninggalan sejarah kekayaan bangsa Indonesia, yang juga merupakan tempat suci agama Buddha, "dihias" oleh sampah2 yang berserakan di mana2. Botol2 plastik bekas air, kaleng2 bekas minuman, bungkus makanan, kulit jeruk, dan entah apa lagi.

Saya terpana. Terpukul. Kesal. Kemudian sedih. Dan ketika saya mendengar beberapa turis bule (sepertinya Australian, kalau mendengar logatnya) berkomentar tentang joroknya bangunan bersejarah ini, saya malu. Malu kepada turis yang datang dari negeri lain itu. Malu untuk bangsa sendiri. Apakah bangsa ini sedemikian tidak peduli dan tidak menghargai kekayaan miliknya sendiri? Apakah bangsa ini sedemikian tidak tahu malu sehingga tidak mempedulikan image-nya sendiri di mata dunia? Apakah bangsa ini sedemikian pemalas sehingga untuk melakukan hal yang mudah seperti membuang sampah pada tempatnya saja tidak mau? Apa susahnya sih membuang sampah pada tempatnya? Apakah itu merupakan pekerjaan berat? Memangnya Borobudur ini dianggap apa, tempat sampah umum? Ngawur aja!

Pukul 7. Waktunya turun candi untuk sarapan di hotel. Saya mengeluarkan kantong plastik dari tas. Sepanjang jalan turun saya memunguti sampah2 yang berserakan. (Tentu saja hanya di rute yang saya lewati, gak mungkin saya rela muter keliling candi yang segede bagong itu untuk membersihkan sampah! Saya gak sebaik itu!) Mungkin orang2 heran melihat kelakuan saya, tapi saya tak peduli. Saya cuma orang biasa. Satu di antara sekian banyak rakyat biasa. Saya tak bisa berbuat banyak. Saya cuma bisa melakukan apa yang bisa saya lakukan Dan hanya ini yang bisa saya lakukan. Hanya ini.

Dan membuat tulisan ini. Saya mengajak teman-teman semua untuk menghargai dan merawat apa yang kita miliki. Apa yang Indonesia miliki. Karena kalau apa yang kita sudah punya saja tidak kita syukuri, hargai dan rawat dengan baik, bagaimana kita mau men jerit2 minta kepada Tuhan untuk memberi lebih banyak lagi? Buat apa protes2 dan demo2 ke pemerintah kalau sesudah demo kita meninggalkan sampah segudang? Siapa yang mau mendengarkan keluhan orang2 yang untuk melakukan hal sesimpel buang sampah pada tempatnya saja gak bisa dan gak mau? Saya sih ogah! Kalau dalam hal kecil saja kita sudah malas dan tak becus, gimana mau dipercaya untuk melakukan hal-hal besar? Bagaimana negara dan bangsa lain akan menghargai kita dan milik kita kalau kitanya saja malah mengotori dan merusaknya? Mungkinkah itu sebabnya negeri tetangga kita (yang tak perlu saya sebut negara mana) tanpa respek sama sekali seenak udel berlenggang kangkung "merampas" kekayaan2 kita seperti reog, tempe, lagu2 daerah untuk diaku milik sendiri dan bahkan nekad menerobos ke wilyaah perairan kita? Mungkin karena mereka melihat bahwa kebanyakan orang Indonesia toh bersikap seolah-olah tidak peduli pada kekayaannya sendiri, jadi mereka pikir mendingan diambil saja supaya bisa dirawat sebagaimana mestinya!

Di sekeliling saya keindahan alam dan desa Borobudur terbentang luas memukau mata. Tapi saya tetap menunduk dan memunguti sampah yang berserakan. Terus sampai tingkat paling bawah, untuk kemudian dibuang ke tong sampah yang tersedia. Saya pulang ke hotel dan mencuci tangan, makan pagi dan ber siap2 check out.

***

Senin, Juni 29, 2009

Selamat Jalan Legenda Pop...

Category: Entertainment
Tulisan ini merupakan tribut saya kepada The King of Pop Michael Jackson yang telah meninggal minggu lalu.
Saya menyukai lagu-lagu MJ, terutama dari masa-masa awalnya. Apalagi lagu-lagu slow-nya! Favorit saya adalah One Day in Your Life, sebuah balada yang sangat indah.





Menurut saya, beberapa orang memang dilahirkan ke dunia untuk menjalani hidup yang "lain daripada yang lain". Orang-orang seperti Jackie Kennedy, Elvis Presley, Michael Jackson, Mother Theresa, Gandhi. Well, beberapa di antaranya adalah selebriti dengan segala tingkah laku yang aneh-aneh, tapi mereka telah membuat dunia yang kita tinggali ini semakin berwarna-warni.

Selamat jalan Michael Jackson! Rest in peace. Dan terima kasih. Your music, has been an inspiration to many. Your life is not wasted.


Klik di sini untuk mendengarkan lagu One Day in Your Life: http://www.youtube.com/watch?v=iYJOWKfaODs


One day in your life... You'll remember a place... Someone touching your face... You'll come back and you'll look around you... One day in your life... You'll remember the love you found here... You'll remember me somehow... Though you don't need me now... I will stay in your heart... And when things fall apart... You'll remember one day... One day in your life... When you find that you're always waiting... For a love we used to share... Just call my name, and I'll be there...

***

PS: Saya barusan membaca artikel yang menarik di CNN bagaimana seorang Michael Jackson sanggup membuat internet "jammed" dan google tak berfungsi. (Buset banget deh...) Klik di sini untuk membaca artikelnya: http://edition.cnn.com/2009/TECH/06/26/michael.jackson.internet/index.html
***

Sabtu, Juni 20, 2009

Doyan Ngambeg? Hati-hati...


Category: Feelings & Thoughts

Prologue
"God dammit, Clare O'Brien, what do you want me to do, go down on my bended knees?I'm going to tell you something for your own good. You have a really sickening habit of sulking. Oh yes, you have. I remember you were just the same when you didn't win the history prize. Nobody likes a sulker, Clare, it's a form of blackmail. I didn't get what I wanted so I'm not going to speak to people. It's about the most objectionable vice anyone could have, so my advice is to get rid of it if you want to have any friends."

"I haven't many friends," Clare said.

"Think about it. That might be why."

(Echoes, by Maeve Binchy)

***
Saya berhenti membaca.

Nobody likes a sulker. Tidak ada orang yang suka sama tukang ngambeg.

Benar juga. Dan saya kebetulan... doyan ngambeg.

Saya ngambeg sama temen karena telat pas janjian sama saya.
Saya ngediemin (eks) bos karena gak boleh cuti.
Saya gak ngangkat telpon (mantan) pacar karena gak diajak ke resto favorit saya.
Saya mogok bicara sama Tuhan karena saya gak dikasih pacar dan kerjaan baru.

Setelah saya pikir-pikir, ngambeg itu:

1. KEKANAK-KANAKAN

Saya gak dapet apa yang saya mau. Saya kesel, merengut dan mojok serta gak mau ngomong sama siapa2, gak mau jawab kalau ditanya. (tapi sebenarnya minta diperhatikan) Mirip anak kecil yang ngambeg karena gak boleh ikut pergi ato karena gak dikasi makan permen kan?

2. BLACKMAIL

Karena saya jengkel gak dapet apa yang saya mau, saya menghukum orang lain dengan cara mendiamkan mereka. Mereka jadi serba salah dan gak tau musti gimana karena sayanya gak mau ngomong. Saya kesal, jadi kamu harus ikut merasa gak enak! Egois? Banget.

3. HATI-HATI!!! BISA JADI SENJATA MAKAN TUAN!!!

Ngambeg sama bos jelas bukan tindakan bijaksana karena dia punya power atas kamu. Salah2 kamu batal dapat promosi karena dianggap gak dewasa!

Ngambeg sama pacar juga bisa berbahaya. Dulu di Amrik saya pernah diputusin pacar gara-gara sayanya ngambeg mulu. Lama-lama dia cape sendiri dengan rengekan dan sok diemnya saya, dan saya diputusin. Jelas sayanya jadi kalang kabut dan balik nelpon sambil nangis2. Tapi dia udah terlanjur ilfil dan bales gak mau ngangkat telpon saya sama sekali. Sejak itu saya kapok, gak pernah lagi menerapkan strategi ngambeg sama pacar yang mana pun, karena ternyata gak efektif dan malah backfire, hehehe...

Ladies, kalau kamu lagi marah sama pacar, hati-hati, adalah tidak bijaksana untuk nyuekin sms dan telponnya! Kenapa? Karena bisa jadi dia malah kesal dan akhirnya masa bodoh atau lebih bahaya lagi: dia akan berpaling untuk curhat ke cewe laen. Dan kalau cewe laen itu kebetulan memang mau mancing di air butek? Siap2 aja kehilangan pacar!

Saya punya temen sebut saja namanya Orlando. Mantan pacarnya, Fifian, manis, manja dan doyan ngambeg. Mulanya memang tingkah laku Fifian yang kekanak-kanakan itu memang ngegemesin dan imut-imut. Tapi lama-lama kelakuan yang sok ngimut itu jadi ngeselin! Akhirnya tiap kali Fifian gak ngangkat telpon atau mogok diajak pergi, Orlando males membujuk-bujuk dan malah nelpon, curhat dan ngajak jalan cewe lain bernama Kristin. Nah, dasar cewe pinter plus licik, si Kristin yang biarpun gak cantik tapi lihai ini akhirnya pelan-pelan menggeser kedudukan Fifian dan merebut Orlando untuk dirinya sendiri! Senjata makan tuan buat Nona Fifian yang cantik tapi kurang taktis! Anehnya, seakan tidak berkaca dari pengalaman, sekarang Kristin juga hobi ngambeg dan Orlando berpaling ke... saya! Untung buat Kristin saya gak minat sama Orlando!

Dan berapa kali saya ngambeg sama Tuhan? Oho! Gak terhitung! Mulai dari karena saya putus pacaran sampai saya gak jadi ranking 1 di kelas sampai karena muka saya jerawatan pas ada acara ketemu cowo cakep sampai karena saya gagal dapet kerjaan yang saya mau.

Padahal saya ngakunya percaya bahwa Tuhan itu pencipta langit dan bumi dan segala isinya dan maha baik. Nah, kalau memang begitu, koq susah bener buat percaya bahwa Tuhan memang punya rencana yang baik buat saya? Bahwa Tuhan yang Maha segalanya itu knows exactly what He's doing? Kenapa saya maksa Tuhan dan kekeuh pokoknya Tuhan harus begini dan begitu, di tanggal segini bulan segini saya musti dapet pacar, di tahun sekian saya musti punya apartemen, di bulan sekian saya musti dapet kerjaan di X. E e e... Emangnya saya siapa, sok ngatur Tuhan, Sang Maha Pencipta, menyuruh-nyuruh seenak jidat dan ngasih deadline pula?

Saya berpikir, gimana coba kalau sekali-kali Tuhan bales ngambeg terus melakukan aksi mogok? Wuaduh! Bisa kacau semua alam jagad raya beserta seluruh isinya!

Untungnya biarpun Tuhan di surga mungkin migren tiap hari melihat tingkah polah anak-anaknya yang nakal-nakal, gak pernah puas, kelakuan bikin pengen nabok, dan ngambegan, Dia selalu sabar, gak pernah ngambeg, gak pernah cape ati, gak pernah call in sick (gak kayak saya), dan gak pernah statusnya unavailable. Kalau di YM, ibaratnya Tuhan gak pernah offline, selalu online dan available, cuma sering invisible ajah.

Hari ini, saat sedang bersantai-santai di pagi hari Sabtu dan membaca cuplikan buku di atas, saya bertekad akan berhenti menjadi sulky girl. Saya gak akan ngambeg lagi. Okelah, paling tidak akan berusaha sekuatnya untuk tidak ngambeg. Terutama sama Tuhan. Saya janji gak akan ngambeg lagi sama Tuhan walaupun sampai sekarang saya tetap belum dikasi kerjaan baru dan pacar baru. Biarpun saya sudah nganggur berbulan-bulan dan jomblo selama setahun lebih. Janji!

Dan saya janji gak akan ngambeg2 sama Aniki. (Baca blog tentang Aniki di sini) Terima kasih Aniki! Untung kamu sabar ngadepin saya. Sayang seribu sayang kamu gak naksir saya. Apa kalau saya brenti jadi tukang ngambeg terus kamu mau sama saya? *ngarep dot com*

***

Tips Ngirit Buat Yang Hobi Makan di Mal

Category: Tips

Kamu cewe metropolitan yang doyan gaul. Dengan sendirinya sosialisasi adalah sangat penting buat kamu. Sama kayak saya. Acara favorit saya adalah ngumpul, makan dan ngobrol seru dengan teman-teman. Biasanya di mal karena di sepanjang Jalan Sudirman-Thamrin bertebaran mal yang gampang dicapai seusai pulang kerja.

Masalahnya? Makan di mal perlu duit. Dan kadang banyak duit. Iya kalau pas keadaan keuangan bagus. Lha kalo enggak? Atau kalaupun keadaan keuangan kamu bagus, sebenarnya ada 1 cara gampang untuk menekan pengeluaran yang tidak perlu tanpa perlu mengurangi hobi makan di mal. Apa itu?

Bawa minum sendiri.

Teman2 saya yang punya bisnis restoran semua mengatakan bahwa keuntungan terbesar sebuah restoran biasanya bukan didapat dari makanan, tetapi dari minuman. Kenapa? Karena saat melihat menu, biasanya orang lebih konsentrasi melihat harga makanan daripada minuman. Saat melihat harga makanan yang murah, mereka otomatis akan lebih terdorong untuk masuk, tanpa memperhitungkan jumlah uang yang harus dibayar untuk minuman.

Ini terutama merugikan untuk orang2 seperti saya yang biasanya cuma pesan es teh tawar atau air mineral dan cepat haus saat bepergian. Saya pernah makan siang pada hari kerja di satu cafe di Plaza Senayan. Waktu itu saya sudah wanti2 teman saya supaya jangan memilih restoran yang mahal karena saya lagi bokek dan minggu itu sudah 3 kali makan siang di mal. Saya memesan menu all-day-breakfast yang terdiri dari hash brown, omelette, sosis, sayur, plus roti panggang harganya Rp 26 ribu. Saya pikir, wah gak mahal! Kemudian bon datang. Coba tebak, berapa tagihan saya? Total Rp 55,200! Harga 1 gelas ukuran medium es teh tawar (bukan refill) yang saya minum adalah Rp 22 ribu! Plus tax dan service charge. Betul sih jumlah segitu tidak akan membuat saya miskin. Tapi sakit ati gak sih minum es teh tawar segelas harganya Rp 22 ribu?! Berapa sih modal bikin es teh tawar? Lima ratus perak mungkin? Atau malah kurang dari itu?

Saya punya pengalaman lain makan di salah satu restoran di Plaza Indonesia. Persis di sebelah restoran ada toko kecil yang menjual snack dan minuman dingin. Saya mampir dulu di situ membeli 1 botol air mineral dingin seharga Rp 3,500. Masuk ke dalam, di menu saya lihat 1 botol air mineral yang sama dijual seharga Rp 8,800, plus 10% tax. Dan jangan lupa, di banyak tempat yang lebih fancy mereka hanya menyediakan air mineral bermerk yang mahal yang harganya paling murah Rp 25 ribu per botol. Malah kadang Rp 35 ribu.

Saya perhatikan saat orang memesan minuman mixed yang rada funky sekalipun, mereka juga memesan air mineral sebagai tambahan. Nah, kalau kamu bawa air minum sendiri, kan lumayan ngirit tuh. Di banyak restoran, mereka bahkan mau menyediakan es batu gratis kalau kamu minta.

Sejak itu saya sedapat mungkin saya membawa air sendiri dari kos setiap kali bepergian. Jadi di restoran saya tinggal memesan makanan saja. Atau kalau saat jalan2 di mal saya haus, saya tidak selalu harus membeli minuman yang dijual di konter2. Saya hitung2 sebelum membawa botol minum sendiri saya bisa menghabiskan Rp 200-300 ribu per bulan hanya untuk es teh tawar dan air mineral tiap kali jalan-jalan keluar. Itu sama saja Rp 2,4-3,6 juta setahun! Mendingan uangnya saya pakai untuk beli apalah gitu!

Untuk teman-teman yang "onta" (minumnya banyak), coba deh bawa minum sendiri. Beli aja tempat minum yang rada bagusan di supermarket, biar gak bocor ke mana2 dan merusak tas kamu. Balik modalnya cepet kok. Mumpung kita2 yang cewe ini boleh membawa tas ke mana-mana. Kalau cowo kan ribet kalau harus nyimpen botol air di kantong, gak mungkin mereka ikutan bawa2 tas kan, kecuali ransel, hehehe...

Gimana kalau ada restoran yang tidak mengijinkan membawa minuman dari luar?

Ho ho ho... Saya belum pernah mengalami ditegur di restoran manapun, mulai dari yang menu makanannya Rp 10 ribu per porsi sampai Rp 250 ribu per porsi saat saya membawa air minum sendiri, selama saya tetap membeli sesuatu dari mereka.

Kalau misalnya sampai ditegur bagaimana?

Bilang aja itu minuman yang dicampur obat khusus dari dokter. Kalau udah gitu emangnya mereka berani mendebat lagi? Hehehe...

Apakah ada teman2 yang pernah mengalami makan di restoran yang benar2 tidak mengijinkan membawa air minum dari luar? Tolong kasih tau saya ya. Biar saya bisa menghindari makan di sana.

***

Selasa, Juni 16, 2009

I Know He's Not That Into Me... But I Don't Care!

Category: Single Life

Saya punya satu temen cowo yang deket banget. TTM gitu. Sebut saja namanya Aniki. Kita sudah "temenan" sejak masi SMA. Sempat hilang kontak selama beberapa tahun waktu kami sama-sama kuliah di Amrik, tapi beda state. Balik Indo kami langsung nyambung lagi.

Dia bukan pacar saya. Saya gak pernah deg-degan atau butterfly in the stomach atau berbunga-bunga atau apalah kalau ketemu dia. Kita sudah temenan sekian lama sehingga masing-masing merasa comfortable banget. Ibaratnya kalaupun saya habis kejedot tembok sampai benjol saya gak akan malu ketemu dia. Kalo sama cowo lain sih, saya pasti ngumpet. Malu bo!

Orang-orang bilang saya gak married2 karena terlalu picky. Dan definisi picky mereka adalah saya maunya cowo sukses yang pendidikan tinggi, lulusan luar negeri, penampilan keren, bawa mobil bagus, punya rumah, karir oke, masa depan cerah. Hmmm... gak juga. Saya punya temen yang kayak gitu, sebut saja namanya Orlando. Kalau dibanding dia, Aniki engga ada apa-apanya. Kalah ganteng, kalah tajir, kalah segalanya deh. Biarpun Aniki juga oke sih.

Tapi kalau disuruh memilih, kalau misalnya, misalnya nih, dua-duanya mendadak ngelamar saya jadi istrinya, siapa yang akan saya pilih? Aniki.

Soalnya kalau sama dia saya bisa jadi diri sendiri, gak perlu pake topeng, gak perlu ja-im. Pokoknya kalau Aniki lamar saya jadi istrinya, tanpa ba-bi-bu saya akan langsung bilang iya. Saya gak akan mikir dia musti punya rumah, modal, tabungan sekian, dll.

Sayangnya...

Ya, sayangnya Aniki gak suka sama saya. Maksud saya, gak suka dalam arti dia pengen saya jadi pacar atau istrinya. Biarpun kita udah kenal lama dan selalu jalan berdua secara rutin.

Saya enggak pernah naksir Aniki, betul. Tapi saya sayang sama dia. Apakah dia sayang sama saya? Gak tau. Yang jelas tiap ada masalah saya selalu cari dia. Kalau ngobrol sama dia selalu nyambung. Kalau saya sedih dia yang hibur saya. Kalau saya ada cerita saya curhat ke dia. DIa itu udah kayak obat penenang dan psikolog pribadi saya.

Diam-diam saya malah mengharap dia gay, jadi dia gak akan pernah ninggalin saya buat cewe lain. Soalnya kalau mendadak dia married terus kita gak bisa jalan berdua lagi, saya pasti nangis2. Buset, koq jahat bener ya saya...

Begitulah hubungan saya sama Aniki.

I know that he's not that into me. But I don't care!

Apakah ada teman-teman di luar sana yang punya pengalaman mirip? Cerita-cerita ke saya ya...

***

Kamis, Juni 11, 2009

Dan Jakarta pun Macet Lageee...

Category: Daily life

Ujan, macet, laper, migren, bensin mepet, plus kebelet pipis... Hiks... Nasib...





***

Selasa, Juni 09, 2009

Saya Bukan Yang Paling Menderita…

Catatan: Tulisan ini didedikasikan kepada keluarga korban helikopter AD Bolkow BO105 yang kemarin sore jatuh di Cianjur. Semoga diberi kekuatan dan penghiburan. Sedangkan kepada korban, semoga kesalahannya diampuni dan diterima di sisi Tuhan.


Category: Feelings & Thoughts

Hari ini saya merasa sebagai manusia paling malang sedunia. Alasannya banyak, tapi gak akan saya tulis kali ini. Pokoknya saya lagi apes mulu deh, nih bayangin aja saya lagi bermasalah di bidang pekerjaan-keuangan-asmara-pertemanan-keluarga-tempat tinggal-kesehatan. Komplet. Semuanya datang beruntun hingga saya gak sempat tarik napas. Belum lagi problem tetek bengek yang mendadak muncul bebarengan dan bikin saya mau nangis, mulai data di komputer ilang sampe mobil mendadak mogok. Padahal tadi saya sudah bilang kalau salah satu masalah saya adalah di bidang pekerjaan dan keuangan kan? Artinya saya sedang berusaha ngirit, tapi sekarang malah harus keluar biaya tambahan. O iya, masalah di bidang kesehatan juga butuh duit. Ribet!
(Paling enggak masalah pertemanan bisa membantu masalah keuangan. Kalau kamu mendadak ditinggal sama orang-orang yang tadinya kamu anggap teman, kamu jadi jarang pergi2 dan gak keluar uang buat bensin, parkir, jajan, dll.)

Saya cemas. Sedih. Susah. Takut. Kuatir. Jengkel. Marah. Kecewa. Merasa diperlakukan tak adil. Kesepian. Sendirian. Putus asa. Stres. Depresi. Saya kepingin tidur dan tidak bangun-bangun lagi. Paling tidak dalam tidur saya tidak usah menghadapi kenyataan. Sekali lagi saya senewen, cemas, kuatir dan takut akan masa depan saya. Bagaimana saya harus menyambung hidup nantinya? Apakah hidup saya akan seterusnya seperti ini? Tanpa pasangan, tanpa tempat tinggal, pekerjaan dan penghasilan yang jelas... Hanya bertahan hidup dalam perjuangan tak berujung, kehampaan, kesepian dan kesendirian, hari demi hari, tahun demi tahun, hambar tanpa tujuan? Lalu untuk apa saya hidup?

Kemudian saya secara tak sengaja mendengar berita di TV waktu lagi ngambil air minum di bawah. Tentang helikopter TNI yang jatuh di Cianjur.

Ah, biasa aja, pikir saja kejam. Banyak kok pesawat jatuh akhir-akhir ini. (Catatan: media bisa membuat orang jadi mati rasa dan putus saraf kemanusiaannya) Saya pun cuek saja melanjutkan urusan saya mengambil air.

Kemudian saya mendengar acara pemakaman salah satu korban, seorang perwira AD (saya lupa namanya) yang meninggalkan dua orang anak remaja, 11 dan 14 tahun, cowo dan cewe. Sampai di sini saya mulai pasang kuping tapi masi rada cuek.

Kemudian saya mendengar penyiar TV bilang begini, ”Dengan demikian kedua anak remaja ini akan menjadi yatim piatu karena istri almarhum, ibu anak-anak ini, juga telah meninggal dunia dua tahun sebelumnya...”

Saya terhenyak. Bengong.

Tentu saja saya tahu bahwa di dunia ini banyak anak yatim piatu. Saya sendiri bulan lalu barusan mengorganisir kegiatan sosial ke salah satu panti asuhan di Jakarta. Tapi alangkah mudahnya melupakan orang lain dan hanya berkonsentrasi pada diri sendiri saat masalah datang mendera.

Saya jadi malu. Apalah artinya semua problema, keruwetan, kesedihan, ketakutan, kecemasan saya saat ini dalam menghadapi hidup, dibandingkan kesedihan, ketakutan dan kecemasan kedua anak itu? Saya sudah dewasa. Sudah biasa hidup sendiri dari lulus SMA. Sudah menghidupi diri sendiri sejak lulus kuliah. Dan masih punya orang tua yang menyayangi saya, biarpun saat ini saya setengah mati menyembunyikan keadaan saya yang lagi kesusahan dari mereka. Sedangkan anak-anak ini? Masih begitu muda, masih SD dan SMP, dan orang tua tempat berlindung diambil dari mereka. Tak peduli betapa kuat dan mandirinya, mereka pasti tetap merasa terombang-ambing dan kehilangan pegangan. Saya mencoba membayangkan pertanyaan-pertanyaan yang (mungkin) berkecamuk dalam pikiran mereka:

Bagaimana nasib kami seterusnya?
Kami akan tinggal dengan siapa?
Siapa yang akan membiayai hidup kami?
Apakah kami masih bisa tetap sekolah?
Apakah kami akan hidup miskin dan kelaparan sebagai anak2 yatim piatu?

(Kalau saya berumur 11 dan 14 tahun saya mungkin akan mengkuatirkan hal2 tsb karena saya belum cukup umur untuk bekerja.)

Bagaimana mereka harus melanjutkan hidup dalam keadaan seperti itu, dan dalam usia yang masih sangat muda?

Keberanian. Harapan. Iman.

Itulah yang akan membantu mereka terus hidup.

Dengan halus, Tuhan mengingatkan saya, ”Kamu bukanlah orang yang paling menderita di dunia ini... Kamu begitu tenggelam dalam kesedihan dan keputusasaan pada beberapa bulan terakhir ini sehingga kamu lupa akan kebahagiaan dan kelimpahan yang telah kamu terima
selama bertahun-tahun dalam hidupmu...”

Courage. Hope. Faith.

Semoga saya juga memilikinya untuk tetap hidup dan percaya kepada-Nya. Salah. Saya sudah mempunyainya. Terkubur jauh di bawh semua tumpukan perasaan negatif saya, tapi sudah saya miliki. Saya tinggal menggalinya keluar.

Ampuni saya Tuhan. Dan terima kasih.

***

Sirach 11
25 The day of prosperity makes one forget adversity;
the day of adversity makes one forget prosperity.
26 A moment’s affliction brings forgetfulness of past delights;

***

Senin, Juni 08, 2009

Cuaca yang Aneh... Bulan Juni Kok Masih Hujan?

Category: Daily Life

Hari ini hujan deras diiringi petir mengguyur Jakarta sejak tengah hari. Langit sudah tampak mendung sejak jam 10 pagi. Saya memandangi kepyuran air di luar jendela dengan heran.

Cuaca yang aneh... Bulan gini kok masih ujan...

Dari SD saya sudah diajari bahwa Indonesia memiliki 2 musim: musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan berlangsung dari Oktober sampai April. Musim kemarau sebaliknya.

Kelihatannya sudah gak berlaku lagi ya? Iklim sepertinya sudah dibikin jungkir balik. Dengan segala kecanggihan teknologi yang dimiliki manusia, toh alam punya kehendak sendiri yang enggak bisa dilawan.

Saya jadi ingat pelajaran IPA. Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dicegah. Seleksi alam. Yang bisa beradaptasi, akan tetap hidup. Yang gak bisa beradaptasi, ya ke laut aje alias punah bo!

Semua benda di muka bumi ini berubah.

Air laut menguap menjadi awan lalu turun dalam bentuk hujan. Air hujan membasahi bumi dan menyuburkan tanah yang dilaluinya. Mengalir ke sungai untuk minum, mencuci, berenang. Mengalir kembali ke laut dan proses yang sama berulang. Dalam siklusnya air yang berubah-ubah ini membawa banyak faedah bagi pihak-pihak lain.

Manusia berubah dari bayi, lalu menjadi remaja, tumbuh dewasa, kemudian menjadi tua dan mati. Apakah dalam hidup ini saya sudah melakukan sesuatu bagi orang lain seperti air? Semoga.

Bumi senantiasa berubah. Jaman es. Punahnya dinosaurus. Pithecanthropus Erectus.

Apa yang akan terjadi dengan dunia kita ini ya?

Apa iya akan beneran ada kiamat di tahun 2012 seperi yang dibilang situs-situs di internet?

Auk ah. Gelap. Mumpung belum kiamat, yuk kita ngupi-ngupi dulu... Toh di luar jalanan pasti macet ini...

***

Minggu, Juni 07, 2009

Pliiiss, Girls... Jangan Pamer Bodi di Gereja!

Kenapa saya harus berpakaian "pantas" untuk ke gereja? Bukankah yang penting adalah "isi hati", bukan "bungkus"?


Category: Fashion

Oke, saya ga akan pernah mengaku-aku seorang Katolik taat. Acara saya ke gereja masih bolong-bolong. Saya juga bingung kenapa begitu, padahal keluarga saya semuanya orang Katolik yang "baik dan benar". Cuma saya aja yang nyeleneh sendiri.

Banyak budaya Amerika yang menurut saya tidak patut ditiru orang Timur. Tetapi ada satu kebiasaan yang saya bawa pulang dari Amrik, yang menurut saya baik dan patut dipertahankan. Yaitu, apabila kamu ke gereja, hendaknya kamu mempersiapkan bukan hanya hati dan jiwa, tetapi juga penampilan yang pantas. Kamu berdandan rapi bila hendak bertemu pacar, ke tempat kerja, ke mal kan? Apalagi untuk bertemu Tuhan Sang Maha Pencipta!

Kota besar tempat tinggal saya di Amerika dulu sangat kasual. Orang-orang cuek saja memakai celana pendek dan T-shirt gedombrangan plus sandal jepit untuk nonton film, ke mal, ke restoran. Cewe-cewenya juga jarang pakai make-up. Tetapi yang mengagumkan, daerah ini juga wilayah Katolik konservatif dan mereka berpenampilan konservatif pada saat misa di gereja. Begitu rapinya sampai pada level masih banyak bapak-bapak yang memakai jas dan dasi. Wanita kebanyakan memakai rok, bukan celana panjang. Cowo-cowo mudanya jarang yang memakai jeans, T-shirt dan sepatu keds yang biasa dipakai sehari-hari, melainkan celana bahan atau khaki, hem lengan panjang atau setidaknya polo shirt. Cewe-cewenya tidak ada yang pamer udel atau memakai kaos super ketat seperti yang biasa mereka pakai ke Walmart. Itulah yang disebut dengan Sunday clothes.

Maka saya sempat mengalami shock waktu saya pertama kali ke gereja di Jakarta. Cowo-cowo memakai celana sedengkul, kaos oblong dan sepatu keds. Cewe-cewenya membuat saya silau dengan tank top ketat dan low-rise jeans yang memamerkan perut ke mana-mana. Bahkan tante-tante yang menggendong bayi juga memakai rok terusan mini dengan model spaghetti strap. Halo-halo... Ini gereja atau mal?

Oke, saya tidak akan berkomentar lebih lanjut tentang model baju cowo. Tetapi, please Girls, Ladies, Madames! Can't you dress a bit more appropriately to go to The Church?

Kalau saya ke gereja, saya ingin secara khusus bertemu Tuhan. (Oke, Tuhan ada di mana-mana, but you know what I mean...) Saya senang saja melihat orang-orang yang cantik, tampan dan wangi, berpakaian bagus. Tapi cewe-cewe yang pamer bodi? Oh no!

Saya melihat anak-anak lelaki kecil, anak-anak cowo ABG melirik-lirik ke arah cewe-cewe atau tante-tante yang dengan bangganya berlenggang-lenggok memamerkan bodinya (yang memang bagus) dengan rok mini, kaos ketat, dan jeans melorot yang juga super ketat sehingga seolah-olah "mencetak" bentuk bokong.

Tapi kan...

"I can wear whatever I want!"
"Salah sendiri kenapa cowo-cowo itu matanya gak bisa diam..."
"Mang kamu siapa sok ngatur!"
"Ngiri ya, elo kagak dilirik cowo-cowo itu..."
"Masih mending gue nongol ke gereja, daripada elo bolos mulu..."

Baiklah. Sekarang coba Anda bayangkan adegan berikut. Idenya saya comot dari kotbah seorang pastor yang saya baca di Amerika.

Saya datang ke gereja, dengan pedenya, memakai... topi beludru setinggi 20 cm dengan hiasan bulu-bulu merak sepanjang 50 cm... Saya dengan langkah-langkah anggun berjalan ke bangku di tengah gereja dan duduk, sangat yakin bahwa saya kelihatan cantik dan trendi. Orang-orang mulai berbisik-bisik dan berkomentar. Yang duduk di depan menoleh-noleh untuk mencuri lihat ke topi saya. Misa dimulai. Pastor berkotbah. Nyanyian berkumandang. Bulu-bulu merak di topi saya bergoyang-goyang sesuai irama musik. Orang-orang, termasuk Anda jadi susah berkonsentrasi karena mata Anda otomatis kembali memandang bulu-bulu biru-hijau (yang memang indah) itu. Anda kesal karena tidak bisa berdoa dengan tenang.

Misa selesai. Saya keluar dari gereja. Anda menghadang saya.

"Tolong, lain kali jangan memakai topi itu lagi," kata Anda.

Saya memandang Anda dengan angkuh dan menjawab lantang, "Saya berhak memakai apa saya yang saya mau. Ngiri ya, karena saya jadi perhatian orang dan Anda tidak!"

Anda menyahut, "Bukan begitu! Tapi topi Anda itu mengganggu konsentrasi orang-orang yang ingin berdoa! Kami juga berhak beribadah tanpa gangguan!"

Saya balik memandang kaos ketat berdada rendah dan jeans melorot yang Anda pakai dan berkata tegas, "Sama dengan busana ketat yang Anda pakai, terutama bagi umat laki-laki!"

Oke, Ini fiktif, tapi Anda mengerti kan maksud saya? Bisakah Anda membayangkan kalau cowo-cowo itu membalas busana seksi Anda dengan memakai celana sepeda dan kaos tanpa lengan ke gereja? Biarpun mungkin bodinya seksi, Anda akan merasa terganggu kan?

Jadi, teman-temanku yang baik dan cantik, marilah kita mulai mengembangkan kebiasaan berpakaian yang pantas ke gereja. Banyak kok pakaian yang cantik dan feminin dan sopan untuk dipakai kebaktian. Bukankah Tuhan memang menciptakan perempuan sebagai makhluk yang cantik?

Let's be attractive, NOT attracting!
Bagaimana pendapat teman-teman semua?

***

Tips:
(Lihat foto-foto di atas sebagai gambaran)
  1. Kalau kamu, seperti saya, tidak punya jeans yang tidak ketat dan tidak melorot, gabungkan dengan atasan yang agak panjang dan sedikit longgar.
  2. Bila kamu ngotot pakai tank top ke gereja, dobel bagian luarnya dengan blus tipis atau rompi rajutan atau apalah sehingga tidak terlalu banyak kulit yang terbuka. Dan jangan lupa memakai bra tanpa tali! Tank top juga bisa menjadi daleman untuk blus yang berpotongan dada kelewat rendah.
  3. Kalau kamu tidak bisa duduk tanpa sebentar-sebentar menarik rok kamu ke bawah sedikit, itu artinya rok tersebut terlalu pendek untuk ke gereja.
  4. No hotpants atau celana pendek ke gereja. Titik.
  5. Dandan! Tidak berbusana seksi bukan berarti berpenampilan amburadul. Kamu ke gereja untuk beribadah kepada Tuhan! Tunjukkan rasa hormat dan terima kasih kamu!
***

Kenapa Kamu Gak Punya Cowo? Padahal Kamu Cantik...


Category: Single Life

Dilema cewe single di kota besar. Terutama bagi cewe yang disebut sebagai "highly qualified single". (Atau mungkin malah "over-qualified"?) Kami sudah kayak iklan Djarum berjalan: "Kapan kawiiiin? Kapaan? Kapaaaaan?"

Lagi-lagi pertanyaan itu.

Saya sedang chatting dengan seorang temen SMA, cowo, yang barusan ketemu di Facebook setelah sekian tahun. Setelah beberapa patah basa-basi dan ringkasan "kamu ngapain aja setelah lulus SMA", keluarlah pertanyaan itu.

Alamak! Bulan ini saya kenalan dengan 4 cowok baru. Eh, yang ini gak baru ding, kan temen SMA, biarpun gak pernah ketemu lagi setelah lulus. Dan 3 di antaranya via chatting mengajukan pertanyaan yang berbeda-beda tapi intinya sama.

"Cantik kayak kamu kok jomblo sih..."
"Kenapa kamu gak punya cowo? Cakep begini..."
"Kenapa kamu gak punya cowo? Padahal kamu kelihatan cakep kalau lihat foto-foto kamu di Facebook..."

Iya ya. Kenapa saya gak punya cowo? Kenapa saya sudah setahun ini jomblo?

Bisa jadi teman-teman saya tadi cuma basa-basi, menambah embel-embel "cantik" supaya pertanyaan yang sebenarnya tidak kedengeran terlalu "nyelekit". Tapi kalau mau jujur, memang banyak yang bilang saya cantik. Saya sendiri merasa saya (lumayan) cantik. Menurut saya semua perempuan bisa dibikin supaya kelihatan cantik. Apalagi perempuan Jakarta yang saya jumpai di mal-mal daerah Jakarta Selatan. Tidak ada yang tidak cantik. Semua dandan, terpoles rapi, rambut keluaran salon, make-up yahud, baju glamor, parfum semerbak. Pertama kali pulang ke Jakarta saya sampai takjub. Cewe-cewe Amerika mah kalah jauh dalam soal penampilan, dibanding cewe-cewe Jakarta!

Secara klasik, saya tidak cantik. Maksud saya, saya bukanlah sekelas penyanyi Korea Hyori atau artis Hongkong Vivian Hsu, yang sepertinya sudah cantik dari lahir, yang baru bangun tidur tanpa polesan kosmetik dan rambut masih acak-acakan juga memang sudah cantik. Kebetulan saja saya memenuhi persyaratan cantik secara komersial seperti yang sering digembar-gemborkan di media: tinggi, langsing, kulit yang memang sudah putih dari sononya, rambut panjang. Teman-teman cowo bule di Amerika dulu menyebut saya Oriental Barbie. Kekurangan saya seperti jerawat, bekas gigitan nyamuk di lengan, dada rata dll bisa diakalin dengan concealer dan push-up bra. Beres. Ah, the power of make up. The power of artificial beauty.

Tapi memangnya itu yang membuat seorang cewe punya pacar atau tidak? Hanya karena dia cantik? Di novel-novel remaja sih mungkin. Bagi orang dewasa yang sudah bisa mikir, itu bukan satu-satunya.

Saya tau cewe jelek tapi baik yang sudah married..
Saya tau cewe jelek tapi baik yang belum married.
Saya tau cewe jelek tapi pinter dandan yang sudah married.
Saya tau cewe jelek tapi pinter dandan yang gak married2.
Saya tau cewe jelek plus bitchy yang sudah married. (Saya bingung, apa yang bikin suaminya jatuh cinta ya?)

Saya tau cewe cantik tapi bitchy yang sudah married.
Saya tau cewe cantik tapi bitchy yang belum married.
Saya tau cewe cantik dan baek yang sudah married.
Saya tau cewe cantik dan baek yang gak juga married.
Saya tau cewe cantik, baek, pinter, perfect, yang ga punya cowo. (Lha, aneh kan. Cowo-cowo di sekitarnya pada gak doyan cewe kali ya.)

Kesimpulannya? Status udah married atau belum, punya cowo atau enggak, bukan hanya tergantung si cewe cantik atau tidak.

Ah, boong! Cowo kan lemah di mata.

Betul. Kalau saya jalan ke mal, saya tau banyak mata cowo, baik yang lagi lenggang-kangkung sendirian atau lagi gandeng cewe, ngelirik ke saya. Bukannya sombong, tapi buat saya, pandangan kagum dari cowo adalah santapan sehari-hari. Tapi apakah itu akan membuat cowo-cowo tadi meninggalkan cewe jelek (atau kurang cantik dari saya deh, sopannya) yang digandengnya, mendatangi saya dan mengajak pacaran? Weleh, ya enggak lah!

Makanya saya teteup bersikeras dengan pendapat saya bahwa cantik atau tak cantik bukanlah alasan satu-satunya kenapa seorang cewe sorangan wae, punya pacar, tunangan, atau married.

Lha lantas apa donk?

Hehehe... Nanti deh saya pikirin lagi.

***