Senin, Agustus 17, 2009

17-an Dari Tahun ke Tahun


Category: Celebration

Hari ini saya napak tilas tentang apa yang saya ingat dari acara 17-an sejak saya masih kecil sampai sekarang. Saya hanya menulis yang enteng2 saja, karena satu jam lagi saya akan berangkat untuk acara reunian teman2 SMA, hingga tak sempat menulis tentang renungan yang serius, hehehe...


17-an Di Masa Kecil, Di Kampung Halaman

  • Upacara bendera di sekolahan. Pake seragam lengkap dengan topi, dasi, sepatu item, kaos kaki putih, kalau tak mau disetrap.
  • Lagu Indonesia Raya, yang sesudah lulus SMA jadi jarang dinyanyiin karena enggak pernah ikut upacara lagi.

  • Gapura2 di depan kampung jadi meriah, merah putih cemerlang dengan cat baru, menggantikan cat lama yang sudah rada kusam dari tahun lalu.

  • Pelbagai macam lomba yang diadakan di sekolah, mulai dari tarik tambang, lomba lari, lomba masak, balap karung, sampai lomba favorit saya: balap bakiak. Favorit saya sebagai penonton maksudnya, bukan sebagai pemain. Lucu sekali menonton 6 pemain memakai satu bakiak raksasa dan harus bergerak serentak, seirama, kalau tidak mau jadi berantakan dan jatuh tumpang tindih. Permainan ini, biarpun kesannya lucu, sebenarnya membutuhkan teamwork dan kekompakan yang tinggi. Tidak ada yang boleh egois atau semau gue, ambil langkah suka2, karena kalau satu jatuh, semuanya ikut gedubrakan. Masih terngiang di telinga saya sorakan pemain yang penuh semangat: "Satu... dua! Satu... dua! Rawe-rawe rantas... malang2 putung!"

  • Nasi opor ayam. Entah kenapa, setiap tanggal 17-an, Mama saya selalu menghidangkan menu nasi opor ayam lengkap dengan telur dan suwiran daging sebagai hidangan utama untuk seluruh keluarga. Katanya biar makin terasa Indonesianya. Sampai agak besar, saya masih mengira bahwa menu nasi opor ayam identik dengan hari kemerdekaan.

17-an Di Negeri Orang

  • Ikut acara 17-an di KBRI terdekat bersama sesama teman2 dari Indo. Biasanya acara bazaar makanan2 khas Indonesia. Ini merupakan acara yang di tunggu2 setiap tahun karena anak2 Indo di Amrik jarang bisa makan masakan Indonesia sekomplet saat acara 17-an. Tak heran kita semua langsung kalap! Empek2, kerupuk udang, nasi liwet, rendang, tahu-tempe, sate, semua disikat. Maklum, makanan yang di Indonesia sangat biasa seperti tempe, di Amerika bagi kami saat itu merupakan kemewahan karena di supermarket dijual di rak "exotic food" dan harganya bisa mencapai 3 dollar 50 cent untuk sepotong kecil saja! O iya, karena banyak juga teman bule yang kita ajak datang ke bazaar, semua menu ditulis dalam 2 bahasa: Inggris dan Indonesia. Lucunya, minuman soft drink diterjemahkan menjadi minuman lembut, hehehe...

  • Kesempatan pamer makanan dan budaya Indonesia pada teman2 dari negara2 lain. Bukan hanya teman2 bule Amerika, tetapi juga international students yang lain. Kami biasanya mengadakan acara makan2 kecil2an untuk teman2 kami di apartemen dengan menghidangkan makanan Indonesia. Menu wajib yang merupakan favorit para tamu biasanya adalah sate ayam dengan lontong. Teman2 kami dengan logat bahas Inggris yang berasal dari 5 benua itu bergantian memuji kelezatan makanan Indonesia sekalian menanyakan resep bumbu kacang dan sambal yang sengaja dibikin tidak terlalu pedas.

  • Dalam skala yang lebih besar kami juga bergabung di kota besar terdekat untuk mengadakan Indonesian Lunch di gereja setempat. Lagi2 kesempatan untuk memperkenalkan budaya Indonesia kepada teman2 kami di negeri Paman Sam. Anak2 menyumbang makanan, tenaga, uang maupun acara sesuai dengan kemampuannya. Ada yang mempersembahkan tari2an daerah, menyanyikan lagu Bengawan Solo dengan iringan keyboard, membantu panitia dekorasi dengan meminjamkan boneka wayang, taplak batik, dan hiasan2 bernuansa Indonesia koleksinya untuk menghias meja dan ruangan.

  • Yang paling menyenangkan dari merayakan 17-an di negeri orang adalah, karena sama2 jauh dari negeri dan keluarga, dan merasa sama2 orang Indonesia yang sedang merantau di negeri orang, kami sangat kompak. Tidak ada yang mempermasalahkan suku, agama, ras, golongan ekonomi, dll, dll. Semuanya sama2 orang Indonesia. Semuanya ingin menunjukkan sisi terbaik negeri kita kepada orang2 dari negara tempat kami tinggal saat itu.

17-an Sekarang

  • Pastinya tanggal merah sehingga bisa jalan bareng teman2, hehehe...

  • Rame2 memasang gambar bendera Merah Putih di Facebook.

  • Pagi2 saya senyum2 sendiri melihat theme merah-putih di Google. Dalam hati saya berdoa semoga Indonesia semakin diperhitungkan di kancah peta dunia, bukan hanya terkenal sebagai negeri tukang korupsi doang.

  • Doa pagi, mendoakan negeri saya ini, beserta semua rakyatnya, dan para pemimpinnya. Semoga hati nurani kita semua semakin kuat, semakin keras teriaknya, sehingga kita tak bisa lagi berlagak tidak mendengarnya. Tuhan selalu membimbing kita, tapi masalah mau mendengarkan atau mbalelo sekarep udel adalah pilihan kita. Ini juga berlaku buat para teroris yang hobi mencuci otak orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri. Semoga makin banyak orang yang nyadar sehingga tidak mempan lagi dibohongi mereka2 ini.

Merdeka!

***

Minggu, Agustus 09, 2009

Balada Korban PHK

Category: Daily Life

Gambar ini saya comot dari www.stickgal.blogspot.com, lalu saya edit sedikit supaya sesuai dengan keadaan saya 6 bulan yang lalu.

Hari Jumat, 14 Februari 2009 merupakan The Valentine's Day Massacre di (eks) perusahaan tempat saya gawe. Lebih dari 50 pegawai di-PHK. Karena saya sudah kerja di sana cukup lama, pesangon yang saya terima lumayan. Kalau saya ngirit dan tidak mengeluarkan uang untuk yang aneh2, cukup buat saya bertahan hidup selama setahun. Lagian berapa banyak sih duit yang diperlukan seorang cewe single yang tinggal sendiri? Paling buat bayar kos, makan, dan hura2 dikit. Hal2 lain yang menyenangkan tapi tidak krusial seperti shopping dan konco2nya untuk sementara bisa ditunda dulu karena tanpa itu pun saya masih bisa hidup.

Saat ini saya sudah bisa menarik napas sedikit lega karena krisis ekonomi tampaknya sudah mulai berlalu. Sejak sebulan ini saya sudah mulai banyak dipanggil interview. Biarpun belum ada hasilnya, saya optimis bahwa dalam 1-2 bulan mendatang saya sudah bisa gawe lagi. (Amin!) Minggu lalu saja saya interview 4 kali, dan untuk minggu depan sudah ada 3 panggilan interview. Batin otak dan hati saya yang sudah mulai ngarep dot com dan ngayal dot com, masa dari sekian banyak interview gak ada satu pun yang gol! Pasti ada satuuuuu aja yang cocok buat saya.

Sebenarnya pada bulan Juni kemaren saya dapat 1 offer, tapi setelah me nimbang2, akhirnya saya tolak. Bukannya jual mahal, mana mungkin orang dengan status pengangguran kayak saya bisa sok jual mahal segala, tapi company yang kasih offer letaknya nun jauh di luar Jakarta sono. Gajinya juga jauh kurang dari yang saya terima dulu. Lebih baik saya bersabar dan mencari yang lebih baik. Toh pesangon saya masih cukup untuk bertahan sampai akhir tahun. Kalau sampai bulan Desember masih belum ada titik cerah, nah, baru deh, saya banting harga. Kerja apa pun yang halal boleh deh, asal cukup buat hidup tanpa saya kudu P3K: Pelan-Pelan Porotin Keluarga, hehehe... *amit-amit-amit!!!*

Hmmmm... kalau dipikir-pikir, jadi korban PHK memang kelihatannya ngenes, tetapi dalam kasus saya juga banyak enaknya, lho! Nanti deh kapan2 saya tulis apa enaknya dan apa tidak enaknya. Sekarang saya mau googling dulu, riset kecil2an sebagai persiapan interview besok pagi. Seperti wejangan salah satu guru SMA saya dulu: "Berjoe-ang nak! Berjoe-ang!"

Wish me luck yah!

***