Rabu, April 21, 2010

Beauty & The Beast


Category: Feelings & Thoughts


Bukan, maksud saya bukan dongeng Beauty and The Beast yang Princess Disney itu.


Alangkah susahnya menjadi cantik! Bukan cuma cantik luar tapi juga cantik dalam. Ho! Siapa bilang cantik luar itu gampang! Kalau Anda kebetulan terlahir dengan tampang Natalie Portman atau Febi Febiola ya mungkin gampang. Baru bangun tidur kucek2 mata juga sudah cakep! Gak perlu dempul make-up segala. Cantik juga perlu disiplin lho.


Eh, eh, ngelantur.


Maksud saya, pada detik ini, saya seperti gambar di blog. Manis dan senyum2 di luar, tapi dalamnya bopeng2. Syerem? Yak, saya sendiri gak suka.


Anda pernah melihat gimana caranya membangun rumah? Membangun rumah ada tahap2nya. Tahap 1 piling. Tahap 2 mengecor. Dst. Kalau mandornya korupsi, dia bisa saja ngebut biar cepat selesai dan dengan biaya lebih murah: mengurangi bahan, menggunakan semen mutu kelas dua, malas menunggu fondasi kering, dll dll. Toh gak akan keliatan ini. Pas jadi rumahnya keliatan baik2 saja. Naaaa.... tunggu pada saat kena sinar matahari terik membakar dan hujan badai baru deh kelihatan kalau pas membangun serba jalan pintas. Cat ngelotok, tembok retak2, lantai keramik menggelembung. Itu akibat segala macam jalan pintas tadi.


Sama saja dengan karakter kita. Pada saat keadaan baik2 saja sungguh mudah buat saya menjadi cewe yang baek, manis, selalu ceria, murah senyum, dan menyenangkan. Tapi pada saat keadaan gak baek? Misalnya pas kena PHK, pas kita diperlakukan tidak adil, pas bos kita me maki2 kita di depan orang laen, pas bos kita dengan santai menandatangi cek 25 juta untuk "anak emas" nya untuk "pengeluaran lain2" padahal kita minta reimburse taxi 25 ribu saja susahnya bukan main?


Pada saat seperti itu sungguh susah menjadi manis dan menyenangkan. Adanya mulut ini pengennya menjawab dengan nada pahit plus sinis. Nyindir. Gak puas.


Karakter kita yang sebenarnya akan kelihatan jelas pada situasi yang susah atau tidak menyenangkan. Pada saat badai menerjang, akan keliatan aslinya, siapa yang sungguhan manis dan baik, siapa yang manisnya palsu.


Saat ini pun, dengan segala alasan bad mood lah, pms lah, whatever, saya merasa seperti di gambar ini. Dalam benak saya banyak sekali pikiran2 beracun, perasaan jengkel, perasaan diperlakukan tidak adil, sirik, pengen nabok, dll. Dan celakanya mulut saya jadi susah dikontrol. Ikutan sinis. Ngasih jawaban nyinyir dan dengan nada menyindir.


Saya tau bahwa itu jelek. Percayalah. Saya tahu.


Tapi bukan main susahnya mempertahankan keceriaan dalam situasi di mana hati ini memberontak dan mo marah2.


Padahal, logikanya saja, apakah dengan bersikap nyinyir masalah akan selesai?


Gak juga. Yang ada yang dinyinyirin mencatat dalam hati dan menganggap kita jelek. Kekanak-kanakan. Gak dewasa. Kagak profesional.


Saya tahuuuuuu..... Tapi teteup aja susaaaaaaaah...


Makanya saya pulang cepet dan memutuskan untuk ngelingker saja di kasur di kos. Daripada di kantor mulut saya mengucapkan hal2 yang bikin nyesel nantinya.


Alangkah susahnya menjadi cantik luar-dalam!


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar