Rabu, Juli 29, 2009

Lihat2 Lukisan Yuk...

Category: Feeling & Thoughts

Saya ini pecinta lukisan. Terutama lukisan beraliran naturalisme. Jangan salah, bukan berarti saya mengerti banyak tentang lukisan, ahli lukisan, penilai lukisan, apalagi kolektor lukisan! Sebagai anak kos, enggak mungkin lah di kamar secuil saya nekad koleksi lukisan. (Duit buat beli lukisannya juga tak ada, hehehe) Saya hanya senang melihat dan menikmati lukisan dengan mata seorang manusia awam yang mengagumi dan menghargai keindahan.

Di Indo, museum lukisan favorit saya adalah Museum Neka, di Bali. Tapi kali ini saya ingin menulis tentang lukisan favorit saya di National Gallery of Art, Washington DC, Amerika Serikat, yang berjudul The Voyage of Life. Kebetulan waktu saya mengaduk-aduk file lama di komputer, saya menemukan foto2 yang saya buat waktu berkunjung ke sana beberapa tahun yang lalu. Sayangnya waktu itu saya lupa mencatat nama pelukisnya. :( Mungkin karena terlalu kesengsem lihat sekian banyak lukisan bagus plus kalap jeprat jepret ke sana ke mari.

The Voyage of Life terdiri dari 4 bagian:

1. BEGINNING (PADA AWALNYA)

Pelukis menggambarkan suasana cerah pagi hari saat fajar menyingsing. Seorang bayi mungil duduk dalam perahu yang melaju perlahan meninggalkan gua (yang mungkin melambangkan rahim ibunda) dengan disertai seorang malaikat. Sungai kehidupan digambarkan kecil dan tenang, dengan air yang bening jernih bak cermin. Sang malaikat mengulurkan tangan seolah-olah memberi berkat dan juga menunjukkan jalan. Di foto mungkin kurang kelihatan, tapi di lukisan aslinya diperlihatkan si bayi tampak ceria dan melihat dunia yang baru dimasukinya dengan riang. Semua terasa indah dan menarik baginya.

Ketika kita masih kanak-kanak, panca indera kita masih teramat aktif. Kita melihat dunia ini dengan penuh rasa kagum dan ingin tahu. Kita terpesona oleh warna cerah sebuah mainan baru, pemandangan yang berwarni-warni seperti sirkus atau dufan. Kita berlari-lari di antara angin semilir dan pakaian yang dijemur melambai-lambai di terang matahari, berhenti sejenak untuk mencium bau wangi dari seprei dan taplak bersih yang baru dicuci. Suara denting lonceng penjual es keliling membuat hati kita terlonjak dengan penuh suka cita. Indera kita dipenuhi oleh detil-detil yang menyenangkan, ritual-ritual kecil tapi berarti, benda-benda beraneka warna. Dunia serasa penuh dengan keajaiban yang menakjubkan dan permainan yang menarik.

When we were children, we noticed everything.




2. YOUTH (MASA MUDA)

Bagian kedua menggambarkan bayi tadi sudah tumbuh menjadi seorang pemuda. Ia tidak lagi mau duduk tenang, melainkan setengah berdiri sambil menunjuk ke depan, menunjukkan ketidaksabaran dan keinginan untuk "cepat sampai". Di angkasa si pemuda melihat fatamorgana, sebuah istana yang megah di atas awan. Itulah yang disebut dengan mengejar impian kosong, alias building castle in the air. Perhatikan bagaimana sungai kehidupan digambarkan sudah mulai melebar dan tidak lagi sebening kaca. Bayangan yang tampak di permukaan mulai terdistorsi, tidak persis lagi seperti aslinya. Dan lihat, sang malaikat pelindung tidak ada lagi di dalam perahu, melainkan di luar, di tepian. Gerakannya seolah-olah mencoba memberikan perlindungan dan petunjuk, namun si pemuda yang sudah demikian buta dengan ambisi menggapai "istana di awan" tidak mau mendengarkan.

Saat mulai beranjak dewasa, indera kita mulai tumpul. Kita tidak lagi memperhatikan segala sesuatu. Semua sudah dianggap biasa. Seen it, been there, done that. Kita senantiasa tergesa-gesa, terburu-buru menyelesaikan tugas-tugas kita, untuk kemudian lekas-lekas beralih melakukan hal lain. Sibuk, sibuk, sibuk. Usia muda dan vitalitas seringkali membuat kita sombong dan terlena, seakan-akan kita bakal hidup abadi, kita ingin meraih segalanya.

Keserakahan dan ambisi membuat jiwa dan badan lelah. Ditambah lagi kita bosan karena menganggap dunia dan hidup seperti apa adanya sudah tidak begitu menarik lagi. Karena itulah kita menciptakan big-bang entertainment untuk membuat adrenalin mengalir, bahkan untuk memanipulasi pikiran kita kepada kenikmatan semu. Makin mahal dan makin heboh, justru lebih baik. Karena itulah bisnis marketing, entertainment, dan luxury goods bisa bertumbuh menjadi raksasa milyaran dollar. TV, iklan, internet, Hollywood, mal. Mereka senantiasa bersaing satu dengan yang lain untuk menangkap dan mencengkeram perhatian kita, indera kita yang sudah tumpul karena terus menerus dibombardir dengan pesan-pesan duniawi dan pelbagai aktivitas, 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 365 hari setahun.

Lah, apa salahnya bersenang-senang? Gak ada. Saya juga senang bersenang-senang. Dan segala macam hiburan yang saya sebut di atas bisa menjadi sumber kreatifitas dan penghidupan banyak orang. Tapi kadang saya lupa, segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.
Dan, o iya, kapan ya terakhir kali saya beneran melihat matahari terbenam yang asli, yang ciptaan Tuhan, bukan foto2 matahari terbenam di internet yang sudah direkayasa? :( Saya terpesona lihat interior cantik di Grand Indo, sedangkan bulan sabit yang tak ada satu manusia pun bisa menciptakan, sudah gak saya perhatikan lagi.

3. REALITY (KENYATAAN HIDUP)

Di bagian ini digambarkan pemuda tadi sudah menjadi laki-laki dewasa, full-fledged adult. Dan saat itulah kenyataan dan badai kehidupan yang sebenarnya mulai datang menerpa. Langit yang tidak lagi biru ceria. Matahari yang tidak selalu bersinar cerah. Sungai yang tadinya adem ayem berubah menjadi lebar dan ganas, seakan-akan ingin menggulingkan perahu atau memporakporandakannya pada batu-batu tajam. Dan sang malaikat? Di manakah dia? Ah, dia tak nampak lagi. Mungkin karena di masa muda sang malaikat dicuekin melulu sehingga akhirnya dia ngambeg dan pergi? Atau... mungkinkah sebenarnya malaikat tetap berada di sisi manusia, membimbing dan melindungi seperti yang diperintahkan oleh Tuhan, namun manusia sendiri yang kelewat bebal sehingga tidak melihatnya?
Pada bagian ini pelukis menggambarkan sang manusia tidak lagi berdiri sombong atau tergesa-gesa, melainkan berlutut dan berdoa. Ia mulai mengerti bahwa kekuatannya sendiri tidak ada artinya. Ia berada dalam, dan membutuhkan suatu kuasa yang jauh lebih besar daripadanya. Sesuatu yang terlalu agung dan menakjubkan untuk bisa dia pahami, tetapi hanya bisa dia percaya. Ia mulai sadar bahwa biarpun ia harus terus berusaha mengendalikan perahu kehidupannya, ia juga harus belajar untuk berserah diri kepada Yang Di Atas.

Saya pernah membaca: "Be careful what you ask for, you might as well get it." Hati-hati dengan apa yang kamu minta, karena kemungkinan kamu akan benar-benar mendapatkannya. Berarti kalau saya memohon iman, kemungkinan saya akan menerima kegelapan; dan kalau saya memohon harapan, saya akan mengalami keputusasaan. Lho, koq? Ya, karena berdasarkan pengalaman saya, iman tumbuh dalam kegelapan dan harapan tumbuh dalam keputusasaan. Nah lo!


4. THE END (AKHIR CERITA)

Eeee... sang malaikat nongol lagi! Halo, malaikat. Dan gambar apa ini? Lihatlah... Si manusia sudah menjadi orang tua. Dan posisinya sama seperti waktu bayi, duduk di perahu. Sungai kehidupan tadi sudah berubah menjadi samudra luas. Hari sudah petang dan langitpun sudah gelap. Matahari tak tampak lagi. Pelukis dengan sangat indahnya menggambarkan cahaya mulia yang bersinar terang menembus kegelapan malam, menyinari perahu dan si orang tua, seakan-akan menjemput, memberi penerangan jalan, sekaligus mengucapkan selamat datang. Dan sang malaikat ternyata tak pernah pergi ke mana-mana. Di saat terakhir pun, sama seperti pada awal kehidupan, ia tetap mendampingi manusia, memberikan perlindungan, menunjukkan jalan. Tangannya menunjuk kepada terang, seakan-akan berkata: "Lihatlah! Engkau telah dijemput. Pekerjaanmu sudah selesai. Liburan panjang telah tiba. Di sana telah tersedia tempat bagimu. Jangan takut! Ini bukanlah benar-benar akhir. Ini hanya awal sesuatu yang baru, yang jauh lebih baik."

Ngnggng... saya tidak bisa berkomentar apa2 tentang lukisan yang satu ini, karena saya belum pernah menjadi tua, hehehe. Tetapi saya sangat berharap bahwa apabila tiba saatnya nanti saya dipanggil kembali untuk lapor kepada Sang Pencipta, Dia akan berkata: "Well done, good and faithful servant."
Isaiah 55:12-13

12 "Yes, in joy you shall depart'
in peace you shall be brough back;

Mountains dan hills shall break out in song before you,
and all the trees of the countryside shall clap their hands.

13 In place of the thornbush, the cypress shall grow,
instead of nettles, the myrtle.

This shall be to the LORD's renown,
an everlasting imperishable sign."

***
Ini adalah foto2 lain yang saya buat di Washington DC. Waktu itu bulan April, musim cherry blossom atau saat pohon-pohon ceri mulai berbunga. Kabar2nya pohon-pohon ceri tersebut merupakan hadiah dari pemerintah Jepang kepada pemerintah Amerika Serikat sebelum pecah Perang Dunia II.
Ini foto anak2 high school yang lagi "ngamen" di taman. Tidak, mereka tidak mencari uang, melainkan mencari penonton untuk pertunjukan acapella mereka. Kelihatannya mereka anak2 SMA swasta, karena anak2 SMA negeri di Amrik tidak pake seragam.


Pink cherry blossom di National Park. Walaupun saya belum pernah melihat yang di Jepang, saya sangat bersyukur bisa melihat yang di DC. Cherry Blossom Festival merupakan tradisi rakyat bagi penghuni ibu kota Amerika, apalagi peristiwa pohon ceri berbunga ini hanya kejadian sekali dalam setahun dan waktunya singkat, hanya 1-2 minggu. Selewat itu bunga2nya mulai rontok.

Di bawah ini foto pink cherry blossom dilihat dari jauh, rimbun mengitari National Monument, Monas-nya Amerika.

Pasti tau donk, ini apaan... Yap, The White House alias Gedung Putih, istana kepresidenan Amerika Serikat. Gak, saya gak masuk ke dalamnya, cuma mengambil foto dari sela-sela pagar luarnya saja. Btw, saya kepingin sekali ikut tur keliling Istana Negara di Jakarta, secara katanya sekarang Istana Negara sudah dibuka untuk umum setiap hari Sabtu dan Minggu. Kapan ke sana ya enaknya?

Yang terakhir ini adalah Washington DC National Cathedral. Saya cukup beruntung sempat ikut misa Minggu Palem di bangunan gereja gaya Gothic yang segede bagong ini. Bangunannya rada mirip Gereja Katedral Jakarta ya? Cuma bedanya museum di National Cathedral ini juga rame dikunjungi orang dan turis, sedangkan museum Katedral Jakarta sepi. :(



***

4 komentar:

  1. saya suka cherry blossomnya *bermimpi menyaksikan langsung di mekaran bunga2 dan gugran kelopaknya* wink...wink

    BalasHapus
  2. wow ...lukisannya teduh dan menyejukkan sekali.
    aku juga suka lukisan yang naturalis.
    Salah satu koleksi lukisan tuaku ( +/- 89 tahun umurnya ) aku pajang dalam postingan " Saksi Bisu Lagi " di blogku.

    BalasHapus
  3. White Rose, let me quote the beautiful verses :

    "Ho, everyone that thirsteth, come ye to the waters, and he that hath no money; come ye, buy, and eat; yea, come, buy wine and milk without money and without price.

    Wherefore do ye spend money for that which is not bread? and your labour for that which satisfieth not? hearken diligently unto me, and eat ye that which is good, and let your soul delight itself in fatness.

    Incline your ear, and come unto me: hear, and your soul shall live; and I will make an everlasting covenant with you, even the sure mercies of David.

    ..........

    So shall my word be that goeth forth out of my mouth: it shall not return unto me void, but it shall accomplish that which I please, and it shall prosper in the thing whereto I sent it.

    For ye shall go out with joy, and be led forth with peace: the mountains and the hills shall break forth before you into singing, and all the trees of the field shall clap their hands. (Isaiah 55:1-12).

    Very good writing !
    Salam.

    BalasHapus
  4. Yufi RumPoh: Hihihi, Yufi yang dah bersuami sih bisa beromantis-ria, waktu ke sana saya lagi menghibur diri karena abis diputusin tunangan :( Jadi akhirnya malah nulis puisi gak jelas. Pas ke Monas sempat kepikiran sih, coba kalo puun2 di situ ada bunganya, pasti gak kalah cihui!

    Soultan: Udah saya tengok, keren tapi syerem tuh hutannya... Btw, saya suka banget tulisan Soultan ttg gentong... Saya ada pengalaman yang mirip, dan juga temen saya yang negor supaya bertindak, gak sekedar kasian doang, tar kapan2 saya tulis... Thanks for sharing the beautiful gentong story!

    Ari: Makasih ya... panjang kale quote-nya. Saya cuma tau quote kedua. Yang pertama baru pertama kali baca, thanks for sharing here. :)

    BalasHapus